Ashabul Kahfi

25 04 2009


st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”; mso-ansi-language:SQ;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}

Mendoa Usia Mama Wulan

Sudah berapa abad mereka tidak mendengar seruan? Prajurit-prajurit yang berteriak membombardir telinga-telinga awas mereka? Sudah berapa hari langkah mereka lewat dari sergapan? Mereka hanya insyaf bahwa diri mereka baru saja jadi buron; buruan lepas. Dan kini terkurung. Penuh kantuk. Terlelap. Tiada seruan lagi.

Dalam gua seruan mengalunkan lagu ke telinga mereka:

Tidurlah.

Masuklah dalam mimpimu.

Dan tidurlah. Hingga kelak.

Mereka tidak jua pernah menyeru Tuhan lagi. Tiada lapar. Hanya malaikat masih terus berjaga menggelayut di kantung-kantung mata. Tujuh pemuda dijamu mimpi-mimpi; dilipat-lipat abad. Zaman beralih di atas kaki dunia yang bergulir mesra. Mereka masih terlelap. Masuk dalam selimut lebih dalam.Seakan ini hanyalah istirahat pendek. Dari sorban mereka kemudian debu menyerbu sekitar. Negeri mereka. Tiada yang hilang sesuatu apa. Hanya tahun yang alpa mencatat pada buku agenda akan bangun mereka hari ini dari tidur itu.

Kemudian dengan seruan kecil karunia Tuhan dimunculkan. Dalam gua seruan membisik ke telinga mereka:

Bangunlah.

Menyerulah lagi.

Atau rebahlah dalam peluk-Ku

Mereka memilih tidur kembali. Di luar, zaman masih tertatih mengeja. Mereka, tujuh orang itu, telah menamatkan pelajaran mereka. Di hari bangun mereka. Juga anjing kecil teman mereka.

Dan kembalilah pulang.


Ardian, dalam Fajar Kenangan, 20 April 2009


Aksi

Information

Tinggalkan komentar